Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengaku tak takut partainya terbelah karena sampai saat ini belum mendeklarasikan bakal calon presiden (capres) yang akan diusung pada Pemilu 2024 mendatang.
Hasto mengatakan sejak Pilkada DKI Jakarta 2012 hingga Pilpres 2014, partainya memang selalu belakangan memunculkan nama bakal calon. Dalam prosesnya, lanjut dia, ada dinamika di dalam internal partai.
“Dinamika yang muncul ini kan suatu hal yang berulang, sehingga PDI Perjuangan sudah banyak pengalaman di dalam mengelola berbagai dinamika-dinamika seperti itu,” ujar Hasto saat ditemui di Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (21/8).
Pernyataan Hasto ini sekaligus merespons fenomena deklarasi calon presiden untuk kader-kader PDIP. Sejauh ini, tak sedikit pihak yang mendukung kader PDIP sekaligus Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai bakal calon presiden partai berlambang banteng itu.
Di sisi lain, sejumlah pihak mendukung Ketua DPP PDIP sekaligus Ketua DPR Puan Maharani sebagai bakal calon presiden dari PDIP.
Hasto mengatakan fenomena itu merupakan hal yang wajar dalam sebuah iklim demokrasi. Tetapi, setelah nantinya Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri memutuskan satu nama, dia meyakini seluruh kader akan solid dalam satu barisan.
“Pada akhirnya kan nanti setelah diputuskan siapa calon presidennya dan dari pengalaman yang lalu, calon wakil presiden itu dibahas bersama-sama,” terang Hasto.
“Jadi, dulu kan Pak Jokowi yang diumumkan dulu oleh bu mega, nah kemudian siapa cawapresnya, itu dibahas bersama,” terang dia menambahkan.
Menurut Hasto, mekanisme yang sama juga diberlakukan pada Pilpres 2024. Jika ada partai koalisi, PDIP bakal berunding sebelum memutuskan calon presiden dan wakil presiden.
“Saat itu dibahas dengan NasDem, dibahas dengan Hanura, dibahas dengan PKPI, itu kan sebagai partai yang mendukung Pak Jokowi pada 2014, Nah disitulah baru ditetapkan secara bersama. Kira-kira prosesnya juga akan seperti itu,” pungkasnya.
