Beranda Berita Presiden KSPN Sebut Tidak Ada Serikat Buruh yang Menolak Total RUU Cipta...

Presiden KSPN Sebut Tidak Ada Serikat Buruh yang Menolak Total RUU Cipta Kerja

398
0

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nasional (KSPN), Ristadi mengatakan bahwa selama ini perlu ada pelurusan persepsi yang menyatakan bahwa serikat buruh atau serikat pekerja menolak RUU Cipta Kerja.

Ristadi menegadkan bahwa selama ini tidak ada pekerja atau serikat buruh yang tidak seyyuju mengenai perizinan investasi dipermudah, pemangkasan birokrasi, serta biaya perizinan usaha yang rendah dan berkepastian waktu permohonan perizinan.

“Jadi kalau kemudian ada yang menyatakan bahwa serikat buruh atau serikat pekerja menolak total RUU Cipta Kerja, saya kira ini perlu diluruskan. Bahwa RUU Cipta Kerja ini kan juga mengatur tentang bagaimana perizinan dipercepat, pemangkasan birokrasi, dan perlindungan untuk UMKM. Tentu hal-hal seperti ini tidak kami tolak,” ujar Ristadi

Ristadi mengatakan dalam klaster ketenagakerjaan RUU Cipta Kerja pun terdapat klausul yang tidak pernah di ungkap ke public. Klasaul tersebut yakni yang tercantum dalam RUU Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 belum diatur.

Tiga klausul baru dalam RUU Cipta Kerja yang disebut akan berdampak positif bagi pekerja, pertama adalah uang kompensasi untuk Pekerja Kontrak atau PKWT. Dalam UU yang berlaku sekarang, katanya, tidak ada pekerja kontrak yang terkena PHK atau habis masa kontraknya, yang mendapatkan kompensasi pesangon.

“Yang mendapatkan kompensasi pesangon hanya pekerja yang dengan status pekerja tetap. Dalam RUU Cipta Kerja ini disebutkan soal aturan itu tenaga kerja kontrak akan dapat pesangon kalau terkena PHK,” katanya.

Kedua, disebutkan juga tentang jaminan kehilangan pekerjaan. Dalam UU ketengakerjaan yang berlaku sekarang belum diatur atau belum disebutkan. Dalam RUU Cipta Kerja ini disebutkan bahwa ketika pekerja terkena PHK, akan diberikan jaminan kehilangan pekerjaan.

Ketiga, ada penghargaan lainnya bahwa pekerja dengan masa kerja 3-6 tahun akan diberikan uang penghargaan lainnya selama dia masih tetap bekerja.

“Jadi yang saya baca begitu. Si pekerja tetep bekerja, tapi ketika dia sudah memasuki masa kerja tiga tahun, dia akan mendapatkan penghargaan lainnya dalam bentuk uang,” katanya.

Ristadi menceritakan fakta tentang kondisi ketenagakerjaan di Indonesia saat ini yang didapat KSPN dari hasil di 23 kota kabupaten industri di Pulau Jawa. Menurut data KSPN, hingga saat ini tidak ada satupun perusahaan di Indonesia yang 100 persen melaksanakan norma kerja.

“Jadi ditemukan banyak pekerja yang sudah bekerja 10 tahun tapi statusnya masih kontrak padahal di UU Ketenagakerjaan yang sekarang berlaku pekerja kontrak itu batas waktunya itu maksimal hanya 3 tahun,” ungkap Ristadi.

“Kami juga menemukan banyak perusahan yang tidak mampu bayar upah minimum, seperti daerah-daerah pinggiran kebanyakan di sektor padat karya itu banyak perusahaan yang tidak melaksanakan upah minum,” sambung Ristadi.

Selain itu, Ristadi juga menyampaikan bahwa saat ini fenomena pekerja kontrak semakin massif yang diakui pihaknya tidak bisa dibendung.

“Ini soal paradigma, bagaimana masyarakat memandang soal pekerjaan dan pemerintah bagaimana menyediakan pekerjaannya. Ketika hari ini ada 7 juta lebih pengangguran dan kemudian 40 juta lebih rakyat Indonesia yang bekerja paruh waktu maka hari ini pemerintah berpikir bagaimana rakyatnya bekerja tidak nganggur,” kata Ristadi.

Saat ini pemerintah diatakan sudah mengakomodasi aspirasi buruh dengan membentuk Tim Tripartite dan Tim Perumus perbaikan RUU Cipta Kerja.

“Pemerintah sudah mengakomidir aspirasi dari buruh sudah membentuk Tim Tripartite di situ ada pemerintah, ada Kadin, dan ada juga kami dari serikat pekerja atau buruh. Tentunya kami sebagai representasi serikat pekerja atau buruh Indonesia. DPR pun juga telah membentuk tim perumus yang terdiri dari perwakilan Baleg DPR, KSPI, dan KSPSI AGN,” kata Ristadi.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here